Daisypath Anniversary tickersDaisypath - Personal picture
Lilypie Second Birthday tickersLilypie - Personal picture

Senin, 09 Mei 2011

ASI vs SUFOR identik dengan WANITA SEMPURNA?

Mengutip pembicaraan yang rada alot gw liat di TL twtter gw dari salah seorang artis yang meng-iklankan susu formula.

Misalkan saja si artis ini namanya A.
Banyak yang menghujat karena si A ini mengiklankan sufor. Hujatannya macem2 kaya gini nih
"ilfil sama si A gara2 ngiklanin SUFOR. Kasiyan deh gk sikasih ASIx"
"nothing wrong with sufor, yet no need to promote them"

Gw gk ngerti ama paradigma ibu2 jaman sekarang, aneh atau lebay ey??, entah kenapa demen banget repot, apa emang sok repot, atau emang ephoria baru jadi emak yak?ampe pada lupa kalo yang namanya takdir ataupun nasib ya udah tulisan tangan Tuhan.

Untuk kasus diatas, ASIx emang disarankan oleh para petinggi petinggi kesehatan seperti informasi dari sini.
Yang pengen gw telaah disini apabila memang ASI yang dimiliki sang Ibu bener2 terbatas, apalagi yang kurang beruntung tidak memiliki ASI sama sekali. Apa mereka perlu di cap sebagai Ibu yang tidak sempurna?

Gw yakin bahwa didalam hati setiap ibu pasti punya cara masing2 merawat, membesarkan dan mendidik anaknya masing2.

Dimulai dari hari pertama mereka hamil, melahirkan hingga proses merawat dan membesarkan anak.
Ada bbrp pantangan2 yang menurut ortu jaman dahulu pamali apabila dilakukan. Ada pula pantangan2 yang memang sudah digariskan secara medis oleh dokter kandungan mereka. Sudah menjadi hak masing2 ibu mau melakukan apa yang diinformasikan kepada mereka atau tidak. Tidak boleh ada satu pihak - pun yang berhak menjudge yang ini lebih baik dari yang itu ataupun sebaliknya.
Begitu juga pada saat proses melahirkan. Apakah giving birth melalui operasi caesar merupakan cara yang tidak sesuai dan tidak menjadikan ibu tersebut sempurna?
Well, jaman semakin canggih, mungkin para pemuka pemuka kesehatan seiringnya dengan kemajuan teknologi dan perkembangan zaman serta meningkatnya angka kebutuhan hidup memiliki pertimbangan perlunya menjalankan prosedur seperti itu.
Dilanjutkan dengan pemberian ASI ataupun SUFOR kembali lagi pada paradigma ibu2 yang merasa paling SEMPURNA dan merasa paling LENGKAP dengan aset yang sudah diberikan TUHAN semoga mereka tidak sombong dan lupa untuk bersyukur. Ada lagi paradigma no salt and no sugar dalam memberikan makan anak sebagai Makanan Pendamping ASI, oh iya, dalam proses penyajiannya pun diatur dengan sangat sempurna ditumbuk, digiling, menggunakan bahan yang BPA free, no blender and bla bla bla macem2lah pertimbangan2 itu dibuat.
Belum lagi penggunaan RUM *apalagi ituh?* yang singkatannya Rational Use of Medicine dan menurut salah seorang kawan saya di twitter yg saya tanya mengenai RUM ini, arti kata tersebut sudah sedikit bergeser menjadi Refuse of Medicine dimana si ibu benar2 menolak penggunaan obat dari dokter dan lebih kepada home treatment.
Nanti pasti akan ada lagi nih, masalah pendidikan anak..pffttt.. bener2 gk berhenti. Ibu yang satu sekolahin anaknya disekolah multinasional (bilingual) dengan seabreg aktifitasnya dan ibu yang satu lebih memilih home schooling, atau mungkin sekolah alam, friksi lagi friksi lagi...

Gw gk tau harus berkomentar apa dan bagaimana, yang pasti semua ibu pasti ingin yang terbaik untuk anaknya dalam segala hal. Permasalahannya, tolak ukur "yang terbaik" menurut ibu yang
satu dengan yang lain otomatis berbeda. Apa yang membuat berbeda?sudah pasti lingkungan ekonomi, sosial dan budaya.
Kalau saja kita bisa melihat hal itu dalam perspektif yang sama, gw rasa gk ada deh yang namanya saling hujat menghujat terkait dengan masalah KESEMPURNAAN seorang IBU.
Apapun yang seorang ibu lakukan, yang ibu perjuangkan, yang ibu harapkan untuk anaknya adalah yang TERBAIK menurut kaca mata mereka masing2 dengan segala pertimbangan yang bisa mereka racik demi kemashlahatan dan keutuhan keluarga secara keseluruhan.

Kalau untuk gw pribadi, gw sangat mengagumi sosok emak gw, yg meskipun tingkat pendidikannya hanya sampai SMA, tapi beberapa etika, kesabaran kedewasaan yang gk pernah diajarin disekolahan udah khatam sama dia :)).

Gw dilahirkan dengan proses normal, minum ASI hingga 2 tahun, diurus sama bibi meskipun emak gw full time mother dikarenakan gw memiliki 6 org kakak laki2 yang badung2 :) (gw anak ke 7 dari 8 bersaudara), emak gw bisa masak dan jagonya urusan menejemen Rumah Tangga, asal jangan dsuruh megang duid kegedean hahahahaha, gw disekolahkan disekolah swasta hanya pas TK dan sekolah negeri dari SD ampe KULIAH, gk lulus madrasah,tapi slalu intens ikut pengajian keluarga. Alhamdulillah emak gw yg gk bekerja bisa mendidik dan menyekolahkan gw hingga gw sarjana dan melahirkan generasi2 baru yang menurut dia terbaik dimatanya.

Saat ini gw punya anak 1,5 thn, yang gw lahirin secara normal, minum ASI hingga 1 tahun dan gw campur SUFOR setelahnya, masih dibantu sama Baby sitter dan PRT coz I'm a working mom
yang udah pasti paling bolot urusan masak2an dan menejemen rumah tangga, kadang2 ajah masih bloon dan gk peka ngurusin laki *tutup muka*. Anak gw umur 10 bulan udah makan nasi krn dia ogah makan yang lembek2 (yg ada diemut makannya), gw gk pernah meresepkan makanan anak gw harus begini harus begitu, hantam kromo ajah urusan gula dan garem (emak yg ogah repot hehehe), yang terpenting buat gw, dia mau makan, gk sakit perut, gk panas, gk muntah apalagi mencret. Gw jarang bawa anak gw kedokter kalo gk parah2 banget (parah menurut gw saat dia panas 40C, muntah more than 8X, mencret more than 5x), gw cuman kasih dia jus jambu merah, jus jeruk, madu ataupun larutan cap kaki 3 kalo dia panas dalem atau batpil. Gw tidak merencanakan masukin anak gw sekolah dalam waktu dekat, krn gw melihat anak gw masih tertarik dengan alam terbuka, bersosialisasi dengan berbagai kalangan ekonomi, dan belajar setiap harinya dengan alam dan lingkungan yang membangkitkan kepercayaan dirinya dan ketertarikannya terhadap suatu hoby atau minat tertentu.

Saat ini si anak masih sebagai bayi, sebentar lagi akan menjadi batita, balita, anak-anak, remaja, dewasa dan kelak mereka pun akan menjadi orang tua. Kitapun pernah melewati fase-fase tersebut.

Pada saat fase kita sebagai anak, kita mungkin akan bertanya hal berikut :
"apakah yang kedua orang tuaku berikan adalah yang terbaik untukku?"
"apakah kedua orangtuaku benar2 memperjuangkan hak - ku dalam memilih pilihanku sendiri?"

Sebaliknya saat fase kita menjadi orang tua, kita mungkin akan bertanya hal berikut :
"Apa aku sudah menunaikan kewajibanku sebagai ortu untuk memberikan yang terbaik untuk anakku?"

who can define what's best for their children anyway??
do the children ever got what is really best for them according to their dream and hope?
and do the children knows what is best for them self?

Pe-er banget yee jadi anak dan ortu..

I'm a very spontaneous mom *ngakak* sekian terimakasih.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

eh padahal si artis ngiklanin susu lanjutan lho, bukan susu formula. ASI nazis sekarang udah kaya' FPI. ribut aje dolo, ngerti belakangan...

iNdah mengatakan...

Eym.. sumprit aneh gelooo dah tuh komentar2 jaman sekarang *geleng2*